My Friends

Related Site

Palestine Blogs - The Gazette
Spirituality Blogs - BlogCatalog Blog Directory


بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ



Kajian Kitab Bulughul Maram
Taujih: Ustadz H. Hilman Rosyad, Lc.
Hari/ Tempat: Sabtu, 11 Februari 2012/ Kediaman Beliau di Jl. Mangga, Beji - Depok.
Waktu: 07.30 - 09.00 WIB.
Hadits No. : 1466 - [ 6 Hak Muslim atas Muslim Lainnya ]


6 Hak Muslim atas Muslim Lainnya


Dalam Bab Adab, hadits No. 1466, Kitab Bulughul Maram.

Dari Abi Hurairah, Ia berkata: Telah bersabda Rosulullah shalallahu’alayhi wa sallam : “Haq Muslim atas Muslim itu enam: Apabila engkau bertemu dia, hendaklah engkau beri salam kepadanya; dan apabila ia undang-mu, hendaklah engkau perkenankan-dia; dan apabila ia minta nasihat, hendaklah engkau nasihati-dia; dan apabila ia bersin lalu berkata Alhamdulillah, hendaklah engkau do’akan dia; dan apabila ia sakit, hendaklah engkau melawat dia; dan apabila ia mati, hendaklah engakau turut (jenazah)-nya.” (Riwayat Muslim)




PEMBAHASAN :

1.       Menyebarkan salam dan menjawabnya.
Menyebarkan salam kepada muslim yang kita kenal maupun tidak, kemudian menjawab salam yang dilontarkan oleh saudara kita (hal ini wajib hukumnya).  Kemudian perihal salam itu dilontarkan oleh non-muslim maka bagi kita adalah menjawab dengan seperlunya, misalnya, dengan menyebut “wa ‘alaika”, atau agar dapat bermuamalah dengan baik dengan mereka, kita dapat menyampaikan salam dengan menyebutkan, “selamat pagi, dst.”, selama masih dalam koridor syariah, dimana syariah melarang kita untuk memberikan keselamatan terhadap orang kafir.
Menjawab salam haruslah lebih baik dari yang disampaikan oleh saudaranya, misalkan, apabila saudaranya memberi salam dengan, “Assalamu’alaykum” saja, maka kita menjawabnya dengan yang lebih baik, dengan menyebut, “wa ‘alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuhu”.

2.       Jika kita diundang maka hendaknya kita menghadirinya.
Ada kebiasaan yang menjadi kebiasaan orang “barat” untuk mengadakan jamuan makan malam dan sebagainya, sehingga muncul istilah Table Manner (Adab dalam jamuan makan). Sebenarnya jauh sebelum budaya ini diadobsi oleh orang “barat”, Rosulullah shalallahu’alayhi wa sallam telah memerintahkan kita untuk membiasakan adab mengundang dan memenuhi undangan, terutama memerintahan kita untuk memberi makan kaum fakir, berbuat baik dengan tetangga sekitar dengan berbagi hidangan dan menjamu makan.

3.       Penting untuk selalu nasehat menasehati (intinshah).
Sebagaimana kisah Salman Al Farisi dan Abu Darda radhiyallahu’anhuma:
Diriwayatkan oleh Abu Juhaifah Wahb bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
“Adalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan Salman dan Abu Darda’. Suatu ketika Salman berkunjung ke rumah Abu Darda’. Ia melihat Ummu Darda’ dengan pakaian yang kumal, maka ia bertanya,
‘Ada apa denganmu?’
Ummu Darda’ pun menjawab, ‘Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak menginginkan dunia lagi’.
Kemudian datanglah Abu Darda’, maka ia pun membuatkan makanan. Lalu Abu Darda’ berkata, ‘Makanlah, sesungguhnya aku sedang berpuasa’.
Salman menjawab, ‘Aku tidak akan makan sampai engkau ikut makan’.
Maka Abu Darda’ ikut makan.
Ketika telah tiba waktu malam Abu Darda’ pun beranjak hendak melaksanakan shalat malam, namun Salman justru berkata, ‘Tidurlah!’
Maka Abu Darda’ pun tidur. Kemudian ia pun hendak beranjak untuk shalat malam lagi maka Salman kembali berkata, ‘Tidurlah!’
Ketika akhir malam telah tiba barulah Salman berkata, ‘Sekarang bangunlah!’
Maka keduanya pun shalat bersama-sama. Salman kemudian menasihati Abu Darda’, ‘Sesungguhnya dalam dirimu terdapat hak Rabbmu, dan dalam dirimu terdapat pula hak untuk dirimu sendiri, juga terdapat hak bagi keluargamu, maka tunaikanlah setiap hak bagi masing-masing yang berhak mendapatkannya.’
Kemudian Abu Darda mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kemudian menyebutkan perihal  Salman, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Sungguh benar apa yang diperbuat oleh Salman”
(HR. Bukhari 4/209 dalam Al Fath).

Terlihat dari percakapan antara Salman Al Farisi dan Abu Darda radhiyallahu’anhu, dimana Salman Al Farisi menasehati Abu Darda atas sikapnya terhadap dunia, Salman Al Farisi mengingatkan akan hak - hak lainnya yang harus dipenuhi oleh Abu Darda selain kepentingannya terhadap urusan akhirat.
Kemudian mengingatkan saudara kita untuk bershalawat kepada Rosulullah shalallahu’alaihi wa sallam. Hal ini penting ketika saudara kita sedang emosi, dan kewajiban kita untuk mengingatkannya untuk bershalawat kepada Rosulullah shalallahu’alaihi wa sallam guna meredam emosinya, dengan berkata “Shollu’alannabiyyihi”.

4.       Menjawab bersin saudara muslimnya yang mengucapkan Alhamdulillah.
Jika ada saudara kita sesama muslim yang bersin kemudian mengucapkan Alhamdulillah maka jawablah dengan “yaa harmukallah”. Seorang muslim yang bersin memiliki dua kebaikan:
  • Dia berdzikir memuji Rabb-nya.
  • Dia mengajak muslim lainnya untuk berdzikir.
Kemudian selayaknya menjawab doa saudaranya “yaa harmukallah” dengan “wa yahdikumullah wa yushlih balakum”.
Kebiasaan ini haruslah dibudayakan karena dengan mendoakan saudara kita merupakan hal yang dapat merekatkan hubungan kita sesama muslim. Mendoakan merupakan bentuk kecintaan kita terhadap sesama muslim, dan bentuk suatu kecintaan haruslah dinyatakan, misalkan dengan menyebut, “Uhibbuka fillah (Aku mencintaimu karena Allah)”, yang kemudian dapat dijawab dengan, “ahabbakallahu kama ahbabtani fiihi (semoga Allah mencintaimu, sebagaimana kau mencintaiku karenanya).

5.       Menjenguk saudara muslimnya yang sakit (‘Iyadah).
Adapun adab dalam menjenguk (‘Iyadatul Maridh) adalah :
  • Mendoakan (Ruqiyah) kesembuhan bagi orang yang sakit.
          Doa yang di-ijabah antara lain:
    • Doa orang yang safar (dalam perjalanan),
    • Doa orang yang sakit,
    • Doa jelek orangtua kepada anaknya.
  •  Menghibur
          Jangan membuat orang yang sakit mengingat penyakitnya, sehingga membuat orang yang sakit berputus asa dengan kesembuhannya.

  •  Jangan mengganggu orang sakit yang dikunjungi.

         Jangan membuat kegaduhan yang membuat orang yang sakit terbangun dari tidurnya, atau menjenguk di waktu yang kurang tepat sehingga mempersulit orang yang kita jenguk.

  • Tidak memakan suguhan orang yang sakit.
       Jika kita membawa suguhan buat orang yang sakit jangan memakannya, tetapi jika orang yang sakit memuliakan tamunya (Ikramud Dhoif)dengan memberikan suguhannya maka tidak ada beban atasnya. Namun kita jangan menyibukkan keluarga yang mengurus orang yang sakit.

6.       Jika meninggal, maka ada kewajiban kita untuk mengantarnya keliang lahat.
Ada 4 kewajiban dalam mengurus jenazah:
  • Memandikan,
  • Mengkafankan,
  • Menshalatkan,
  • Menguburkan.

-Bersambung-
Alhamdulillah, atas persetujuan Ustadz Hilman Rosyad, Lc., ana dapat mempublikasikan tulisan ini yang merupakan tauziyah beliau dalam membahas kitab Bulughul Maram, yang dilaksanakan setiap hari Sabtu, pukul 07.30 - 09.00 WIB, bertempat di kediaman beliau, Jl. Mangga, Beji - Depok.
Ditunggu kehadirannya ikhwan/akhwat-fiilllah pada kajian tersebut, mari bersemangat dalam memperdalam ilmu agama dengan menghadirinya. Insyaallah berkah dan bermanfaat bagi kehidupan kita.



Depok, 24 Rabiul Awal 1433 H
-Moejaheedean Al Qassam-

Post a Comment