My Friends

Related Site

Palestine Blogs - The Gazette
Spirituality Blogs - BlogCatalog Blog Directory


بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ



Nikmat iman adalah nikmat terbesar, karena dengan iman kita tergerak untuk berbuat baik dan memperbaiki diri. Jika tidak ada iman maka segala sesuatu itu menjadi berat. Iman itu dahsyat karena dengan iman kita menjadi baik dalam keadaan apapun, ketika kita dalam keadaan senang dan bergelimangan harta kemudian kita beriman maka kita merasa aman dan nyaman, karena kita menyadari bahwa harta adalah milik Allah, kita hanya diberi amanah untuk mempergunakannya sesuai peruntukannya. Ketika kita ditimpa kesusahan dan kesempitan maka jika iman bersemayam didalam dada maka semakin berat beban dan kesempitan yang kita hadapi semakin kita bersemangat menyambut berkah dan ridho Allah yang akan kita dapatkan. Dengan iman mencegah kita untuk berbuat dosa dan maksiat. Oleh karena itu, ketika kita bersyukur kepada Allah, maka bersyukurlah atas nikmat iman yang bersemayam dihati.


 Masih dalam pembahasan bab Al Birru wa Shillah (Bulughul Maram) bersama Al Ustadz Hilman Rasyad setiap hari Sabtu pagi, jam setengah 8 hingga jam 9, di rumah beliau Jl. Mangga, Beji - Depok. Pada kesempatan kali ini pembahasan mengenai hadits ke 1484:

Dari Al Mughirah bin Syu'bah, bahwasannya Rosulullah shalallahu'alayhi wa sallam telah bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah haramkan atas kamu mendurhakai kepada ibu-ibu dan menanam anak-anak perempuan dengan hidup-hidup, dan menahan harta dan meminta, dan Ia tidak suka buat kamu qila dan qala dan banyak pertanyaan dan mensia-siakan harta".
(Muttafaqun 'Alaihi)

Hadits diatas mencakup 6 hal penting,
1.      'Uququl Walidain (mendurhakai orangtua)
Birrul walidain (berbuat baik kepada orangtua) merupakan sebuah inisiatif yang berasal dari diri kita sendiri. Kemudian adapula syukur kepada orangtua yang berarti kita berbuat sesuatu yang diinginkan orangtua, umumnya yang diinginkan orangtua mencakup 4 hal, yaitu menginginkan anaknya sehat, pintar, kaya, dan sholeh. Maka selayaknya kita sebagai seorang anak memahami hal ini, berbuat baik dan bersyukur kepada orangtua, mejadi anak yang berprestasi, mandiri secara finansial, dan memiliki akhlak yang baik.
Kebalikan dari birrul walidain adalah adalah ‘uqulul walidain (mendurhakai orangtua), outcome dari mendurhakai orangtua adalah kekecewaan orangtua terhadap diri kita sebagai seorang anak. Kita tidak dapat memenuhi harapan kedua orangtua. Tentu hal ini perlu dilihat dari sisi dimana kekecewaan orangtua terhadap nilai - nilai kebaikan yang ditanamkan mereka kepada diri anaknya, bukan kekecewaan yang berasal dari obsesi orangtua, yang pada akhirnya seorang anak tidak mampu mencapainya karena kesalahan orangtua dalam hal memaksakan obsesi/ kehendaknya tanpa melihat potensi yang ada pada anaknya.

2.      Wa'dul Banat (mengubur hidup-hidup anak perempuan)
Kebiasaan ini terjadi pada zama jahiliyah dimana dahulu orang arab dikenal sebagai manusia pemberani, berdagang dengan cara berkelana ke berbagai penjuru jazirah arab, dan memiliki sifat penyayang dan mencintai perempuan. Masyarakat arab ketika itu berpikiran cost and benefit dalam hal keturunan, jika mereka mendapatkan anak laki-laki mereka berpikir ini sebuah keuntungan (benefit) karena dengan adanya anak laki-laki, mereka dapat membantu berdagang, dan berperang, jika dirasa bahwa anak laki-laki mereka tidak berguna atau lemah maka dengan mudah mereka membunuhnya, dan hal ini sudah awam dikalangan masyarakat arab di zaman jahiliyah.
Dan jika mereka memperoleh anak perempuan, mereka berpikir ini adalah biaya yang harus dikeluarkan (cost), karena anak perempuan harus dirawat dan didandani, berbeda dengan anak laki - laki, namun karena sifat mereka adalah sangat mencintai dan menyayangi keluarganya, terutama perempuan maka mereka tidak tega menumpahkan darah anak perempuannya, dan mereka lebih memilih mengubur mereka hidup-hidup karena dengan menguburnya tidak akan terdengar jeritan ataupun darah yang keluar, dan mereka merasa lega. Namun yang perlu dicatat adalah kebiasaan mengubur anak perempuan ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang pemberani saja, sehingga kita tau bahwa salah satu sahabat Rosulullah yang dulunya dikenal pemberani, Umar (r.a), pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya.

3.      Man’a wa Haat (menahan harta dan meminta-minta)
Contoh terbaik untuk hal ini adalah kisah sahabat Rif’i dan Abdurrahman bin Auf, ketika mereka dipersaudarakan oleh Rosulullah shalallahu’alayhi wasallam. Rif’i ketika itu menawarkan setengah hartanya dan juga para istri yang dimilikinya, namun Abdurrahman bin Auf menolak dan meminta untuk ditunjuki pasar. Dari kisah sahabat tersebut yang perlu digaris bawahi adalah semangat mereka yang begitu besar dalam hal memberi, dan anti dalam hal meminta-minta. Hal ini patut dicontoh dalam kehidupan kita, kita melihat saat ini dimana budaya meminta telah menjadi kebiasaan yang mengakar, mulai dari rakyat jelata hingga pejabat negara, mulai dari mengemis recehan hingga mengemis jabatan dan kekuasaan.
Kita pun dilarang menahan harta, tidak mempergunakan sesuai peruntukannya. Jika kita mau jujur berapa banyak baju yang ada dilemari kita yang jarang kita gunakan, atau sepatu yang tidak pernah kita gunakan, tergeletak begitu saja, berdebu dan usang. Seharusnya kita dapat memberika nilai tambah pada barang-barang yang kita miliki, misalkan disedekahkan, atau digunakan pada hal-hal yang mendatangkan keberkahan dan ridho Allah.

4.      Qila wa Qal (mengobrol ngaler ngidul)
Di kehidupan sehari-hari tidak dapat dipungkiri kita berinteraksi dengan oranglain, mengobrol dan bercanda, namun sebagai seorang yang beriman kita memiliki batasan dalam hal berinteraksi, salah satunya dalam hal mengobrol. Kita dilarang membicarakan yang tidak bermanfaat apalagi membicarakan sesuatu yang dilarang atau diharamkan syariat.

5.      Kasrata Su’al (banyak bertanya)
Banyak bertanya dalam hadits ini bukan larangan dalam hal-hal positif, seperti bertanya karena keingintahuan yang tinggi terhadap ilmu, dsb. Namun larangan bertanya dalam hadits ini adalah larangan banyak bertanya sebagaimana perilaku kaum Bani Israil perihal perintah menyembelih sapi oleh Nabi Musa (a.s) sebagaimana yang tercantum kisahnya dalam Al Quran Al Karim, sehingga pada akhirnya kaum Bani Israil tidak jadi menyembelihnya.
Atas dasar itulah dalam agama kita ini ada 3 pertanyaan yang dilarang untuk diutarakan:
·         Pertanyaan yang pada akhirnya membuat suatu perintah tidak dilaksanakan ataupun mengurangi bebannya.
·         Pertanyaan yang dapat membuat pelakunya melakukan sesuatu yang dilarang.
·         Menanyakan sesuatu yang “tidak penting” atau sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
·         Menanyakan sesuatu yang bersifat menjatuhkan wibawa atau harga diri seseorang.

6.      Idha’atal Maal (menyianyiakan harta)
Sebagai seorang mukmin maka seharusnya kita menyadari bahwa harta adalah milik Allah kita hanya diamanahi untuk mempergunakannya sesuai peruntukannya. Oleh karea itu jelas bagi kita bahwa apabila kita diamanahi sesuatu maka wajib bagi kita untuk memelihara dan menjaganya dengan baik. Ada 4 hal yang harus kita lakukan pada harta yang kita miliki:
·         Menjaga dan memeliharanya.
Ibnu Mas’ud (r.a) berkata:

“Ada 2 hal laghu yang dicintai Allah, yaitu memandikan kuda dan melatihnya”.

Dari hadits diatas jelas bahwa adanya perintah untuk memelihara kondisi harta yang kita miliki.

·         Memberikan nilai tambah pada harta yang kita miliki.
Misalkan jika kita memiliki handphone maka gunakanlah handphone tersebut sebagai media dakwah, atau jika kita memiliki kendaraan maka pergunakanlah sebagai sarana membantu orang yang membutuhkan pertolongan.

·         Berinvestasi.
Hal ini dicontohkan oleh Umar (r.a), dimana beliau memiliki investasi berupa perumahan sepanjang sungai tigris dan eufrat.

·         Berinfak dan shadaqah.
Jelas kewajiban berinfak dan shadaqah telah diperintahkan olh Rosulullah shalallahu’alayhi wasallam kepada umatnya, sebagaimana zakat, yang fungsinya membersihkan harta kita dari hak-hak oranglain yang masih ada dalam harta yang kita peroleh.



Sekian yang dapat penulis sampaikan terkait taklim yang penulis ikuti, semoga dapat bermanfaat dan insyaallah akan penulis sampaikan materi-materi selanjutnya dari kajian Bulughul Maram bersama Ustadz Hilman Rasyad.






Hadanallah wa iyyakum ajma’in, wallahu a’lam bisshowab,..
Assalamu’alaykum wr.wb.



22 Jumadil Awwal 1433 Hijriyah
Kota Tarbiyah, Depok
-Moejaheedean Al Qassam-

Post a Comment